| Home | Adenium | Aglaonema | Anthurium | Begonia | Drosera | Kantung Semar |
Adenium, Si Cantik Dari Padang Pasir
Tentu bukan hanya karena buaian suara Sting yang mendendangkan Desert Rose, Chandra Gunawan tertarik mengoleksi ratusan jenis adenium atau yang sering disebut bunga kamboja Jepang. Bunga yang juga dijuluki desert rose (mawar padang pasir) ini, menggugah hati pemilik Godongijo Nursery karena bentuk bonggolnya yang unik dan jenis bunganya yang bervariasi. Bahkan, kalau bosan dengan warna bunga adenium, Chandra bisa mengganti sesuai keinginannya.
Jika Anda bertandang ke Godongijo Nursery di kawasan Sawangan, Bogor, kesan kamboja sebagai bunga kuburan sekejap mata akan hilang. Di atas lahan seluas lebih dari 2 hektare, hampir empat tahun ini Chandar menekuni hobby merawat berbagai jenis adenium dan beberapa jenis bunga lainnya.
Awalnya, Chandra menekuni hobi merawat bunga kamboja Jepang ini karena bosan dengan tanaman hias yang itu-itu saja. "Orang biasanya menanam anggrek. Tapi, lama-lama bosan juga lihat anggrek dan saya merasa perlu mencari tanaman alternatif," katanya.
Dalam perjalanan ke Amerika Serikat beberapa tahun silam, salah seorang teman Chandra titip membeli kamboja Jepang. Melihat jenis kamboja Jepang yang beragam dan unik, Chandra tertarik dan memborong 15 jenis adenium untuk dibawa pulang ke Indonesia. "Ternyata begitu sampai di Jakarta banyak yang berminat dan harganya bisa melonjak hingga 10 kali lipat."
Mulai saat itu dia mengimpor berbagai jenis adenium dari Amerika. Tertarik dengan ragam bunga dan bonggol adenium ini, akhirnya Chandra mencoba membudidayakan sendiri. Menurut dia, jika terus mengandalkan impor, harga adenium terus-menerus melonjak. Padahal, harga tanaman hias yang semakin mahal bisa dipastikan pasarnya semakin kecil. "Saya mulai mengotak-atik untuk membudidayakan adenium dan belajar dari teman-teman di luar negeri," ucapnya.
Sementara Ahita Teguh Susilo, hobiis adenium dari Purwokerto yang baru sekitar dua tahun tergila-gila pada bunga dari gurun ini, mengaku warna bunga adenium-lah yang menjerat hatinya. "Saya terkagum-kagum dengan warnanya meski hanya merah dan putih," ujar Teguh yang mengaku juga menyukai bentuk bunganya yang mirip corong. "Namun yang paling menarik, adalah bonggolnya yang mblendung," tambahnya.
Teguh lalu semakin rajin berburu informasi mengenai bunga ini lewat majalah, brosur, pameran dan internet yang kemudian membawanya ke sebuah nursery di Semarang. Di sana dia mendapati sesuatu yang tak pernah terbayangkan: ternyata sudah ada sekitar 100 jenis adenium. Teguh lantas membeli beberapa jenis adenium yang kemudian dikembangkannya.
Sejak saat itu, hampir seluruh waktu laki-laki 50 tahun ini dihabiskan untuk merawat si bunga kesayangan. "Saya merasa benar-benar hidup berada diantara pot-pot bunga itu. Saya telah merindukan aktivitas ini sejak bertahun-tahun lalu," kata pemilik Toekang Kebun Nursery yang berada di Perumahan Griya Karang Indah, Purwokerto.
Tanaman yang bunganya indah ini, menurut Chandra, bukan jenis bunga yang terlalu "rewel". Karena berasal dari jazirah Arab dan daratan Afrika dan biasa tumbuh di gurun pasir, adenium memiliki bonggol yang bisa menyimpan air sehingga bisa bertahan hidup di daerah kering. "Jenis adenium ini termasuk tanaman sukulen, tanaman yang bisa menyimpan air di batangnya," jelas Chandra.
Iklim Indonesia, lanjut Chandra, tentu saja cocok untuk tumbuh berkembang tanaman adenium ini. Jenis kamboja Jepang berbeda dengan kamboja biasa. Kamboja Jepang termasuk genus adenium yang bentuk pohonnya tidak terlalu besar, bahkan sedikit menyerupai bonsai. Adenium memiliki daun-daun panjang kecil dan akarnya berbentuk umbi (bonggol) yang bisa membesar. "Di bonggol ini terletak keunikan adenium karena tiap pohon akan beda bentuk bonggolnya," kata Chandra. Bonggol ini pula, tutur dia, yang membuat adenium bisa menjadi koleksi yang sangat personal.
Chandra yang juga Ketua Perhimpunan Florikultura Indonesia ini pernah memenangkan penghargaan Boediardjo dalam kontes adenium yang diselenggarakan tahun lalu. "Bentuk adenium itu memang unik karena saya memilih varietas yang pas sehingga bisa berbunga serempak dan pengakarannya sempurna," katanya sambil menambahkan bahwa adenium koleksinya itu murni impor.
Koleksi Unik
Keunikan adenium koleksi Chandra Gunawan terletak pada bentuk akar yang semakin tua semakin membesar dan meliuk-liuk. Chandra menamai satu persatu koleksi uniknya sesuai dengan bentuk bonggol adenium itu. Bentuk bonggol yang menyerupai ular dinamai snake adenium, ada juga yang berbentuk cakar, bahkan ada bentuk akar yang menyerupai kelamin laki-laki yang dinamai male adenium.
Penempatan adenium di pot-pot bonsai akan menonjolkan keunikan dan kokohnya adenium. Sedangkan untuk bunganya, kata Chandra, jika ingin adenium sering berbunga harus rajin memangkas ujung-ujung daunnya. Adenium akan tumbuh subur jika cukup terkena sinar matahari dan tidak terlalu perlu banyak air. "Nggak perlu setiap hari disiram."
Koleksi Chandra saat ini mencapai lebih dari 100 jenis varietas bunga dengan berbagai ukuran bonggol dari 3 cm hingga 40 cm. Koleksi ini juga dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp 40 ribu hingga Rp 40 juta. Koleksi seharga Rp 40 juta itu termasuk koleksi langka adenium tipe half moon milik Chandra yang pernah meraih juara pertama kontes adenium tahun lalu.
Meski koleksi adeniumnya cukup beragam, Chandra tak mau berhenti untuk terus mencari baik melalui pembibitan yang dilakukan sendiri maupun tukar-menukar dengan sesama penggemar adenium di luar negeri. Chandra bahkan membentuk sebuah grup diskusi melalui internet untuk bertukar informasi mengenai adenium. Grup diskusi yang anggotanya terdiri dari 16 negara ini setiap tahunnya mengadakan pertemuan rutin di Thailand untuk saling tukar informasi dan melengkapi koleksi.
Jumlah kolektor adenium di Indonesia, kata Chandra, mulai menunjukkan peningkatan meski tidak sampai terjadi booming. "Justru perkembangan seperti ini yang bagus. Saya tidak ingin adenium berkembang terlalu cepat seperti ikan louhan, yang kemudian hilangnya juga cepat," tuturnya.
Menekuni hobi merawat adenium dengan sepenuh hati agaknya menjadi obsesi Chandra dan juga Teguh yang mengaku rajin menyambangi nursery milik Candra di Jakarta. Tak hanya membudidayakan adenium, keduanya telah menawarkan koleksi adeniumnya lewat situs www.godongijo.com dan www.toekangkeboen.com.
Bahkan, Chandra kini tengah menyiapkan integrated retail shop untuk memasarkan koleksi adeniumnya serta merencanakan perbaikan manajemen bisnis tanaman hias ini. "Biar bisnis nursery tidak dipandang sebelah mata saja. Karena perputaran bisnis sektor ini sebenarnya cukup menjanjikan."
Kalau sudah begini, siapa yang tak ingin mengikuti jejak Chandra atau Teguh? Menjalankan bisnis dari kebun yang asri dengan pemandangan hamparan bunga adenium yang cantik. Tak perlu ke ke kantor, berdasi, dan pasrah lantaran terjebak macet. Buat Candra misalnya, sehari-hari dia bercelana pendek dan t-shirt sebagai pakaian dinas. Sambil bekerja, barangkali sesekali dia mendendangkan Desert Rose-nya Sting akan lebih nyaman.
Next Back